Kamis, 02 Agustus 2012

Disgrace in Badminton


Bulutangkis dunia, termasuk (dan terutama) Indonesia tercorang dengan skandal yang baru saja terjadi pada Olimpiade 2012 di ganda putri.
Pasangan ganda putri Indonesia, Meiliana Djauhari/Greysia Polii, akhirnya harus mengakhiri kiprahnya di Olimpiade karena didiskualifikasi. Bersama mereka, ada tiga pasangan ganda putri lainnya yang bernasib sama.
Bersama Meiliana/Greysia, dua wakil Korea Selatan, Ha Jung-Eun/Kim Min-Jung serta Jung Kyung-Eun/Kim Ha-Na serta unggulan teratas, Wang Xiaoli/Yu Yang, dianggap oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mencederai fair play dengan tidak bermain serius untuk meraih kemenangan alias bermain setengah hati.
Dari mana sih kasus ini bermula? Berikut uraian yang saya ambil dari beberapa sumber dan pengamatan saya sendiri sebagai penonton.
Semua diawali kekalahan tidak terduga pasangan Cina di Grup D, Tian Qing / Zhao Yunlei, atas pasangan Denmark, Kamilla Ryterr/Christinna Peders. Kekalahan itu membuat duo Denmark memuncaki klasemen Grup D, sementara Tian/Zhao jadi runner up.
Nah, mulai deh bertingkah ide-ide jelek dari tim Cina. Unggulan pertama Wang Xiaoli/Yu Yang berhadapan dengan pasangan Korea, Jung Kyung-eun/Kim Ha-na di Grup A. Hitung-hitungannya adalah, yang menjadi juara Grup A kemungkinan besar (masih kemungkinan loh!) akan bertemu dengan Tian/Zhao di perempat final.
Kenapa saya bilang masih kemungkinan? Karena kan masih ada elimination group (sumpah, sistemnya bikin bingung), di mana juara Grup A akan bertemu dengan runner up Grup C, dan runner up Grup A akan menghadapi juara Grup C. Sehabis elimination, barulah ke perempat final. (Lihat Bagan)

Ket:
QF: Quarter Finalist
SF: Semi Finalist

Kembali lagi, jadi baik Wang/Yu maupun Jung/Kim udah ‘remehin’ pertandingan di elimination group, sama-sama enggak mau menang agar terhindar bertemu dengan Tian/Zhao di perempat final. Kalau alasan Wang/Yu pastinya bagian dari strategi, jikalau mereka bertemu di perempat final, berarti dipastikan kehilangan kesempatan raih medali, even perunggu sekalipun! Mereka menargetkan All Chinese Final! Kalau pasangan Korea, ya karena siapa sih yang mau ketemu Cina di babak yang masih terlalu awal?
Dan ‘opera sabun’ jilid pertama ditilik dari dramanya, yang menang Cina, tapi hasilnya adalah Korea. Wang/Yu kalah 14-21 dan 11-21, hanya dalam waktu 23 menit! Peringkat satu dunia lho!
Korea ‘nangkep’ maksud dari Cina ini, sehingga mereka pun berstrategi yang sama dan diterapkan oleh ganda Korea di Grup C, Ha Jung-eun/Kim Min-jung, yang sialnya buat Indonesia karena berhadapan dengan perwakilan kita, Meiliana Jauhari/Greysia Polii.
Bagi yang nonton pertandingan dini hari WIB itu, pasti ngelihat kalau sebenernya Meiliana/Greysia sempat menunjukkan keinginan pengen menang di awal set pertama. Sayang, pasangan Ha/Kim acting-nya jelek banget, keliatan gak mau menang. Akhirnya ganda Indonesia ‘nyadar’ bahwa jika mereka menang, maka mereka harus berhadapan dengan Wang/Yu di elimination group. Indonesia-pun ikut-ikutan main ‘opera sabun’.
Walhasil, penonton kecewa, wasit dan pengadil serta official, dan pastinya seluruh penikmat bulutangkis, kecewa dengan penampilan pengecut tidak sportif yang ditunjukkan empat pasang ganda.
Hasilnya, seperti yang diketahui, keempatnya didiskualifikasi dari turnamen. What a shame!
Saya tidak mau menyalahkan keputusan BWF memakai sistem grup baru yang njlimet ini di ajang sebesar ini, yang banyak pihak menilai sebagai alasan munculnya kecurangan. Banyak yang menilai lebih bagus pakai sistem lama, yaitu knock-out.
Mau sistem apapun, sudah seharusnya yang namanya atlet mewakilkan sikap sportivitas, pantang menyerah, tidak takut menghadapi apapun. Nyatanya? Disgrace!
Media-media luar seperti Dailymail, Sky Sports, Guardian, BBC, semua sepakat menilai Indonesia ‘ikut-ikutan’, dan menyoroti tingkah Cina dan Korea. Namun, bukan berarti saya mendukung untuk membela Meiliana/Greysia, apalagi setelah mereka mengakui bahwa mereka memang tidak mau ketemu Wang/Yu di elimination.
Meski (mungkin) kesalahan kecil, tapi tetap saja sudah mencoreng. Hukuman diskualifikasi sudah cukup menjelaskan bahwa Meiliana/Greysia telah memang bersalah karena tidak sportif.
Seperti yang dinyatakan Taufik Hidayat sebelum berhadapan dengan Lin Dan: Di setiap turnamen, kita harus siap dengan lawan manapun. Itulah yang harusnya diresapi betul untuk Meiliana/Greysia. Bagaimanapun, masa depan mereka di bulutangkis masih panjang dan harapan rakyat Indonesia untuk melihat olahraga berhasil, salah satunya di tangan mereka.
Semoga hal ini tidak terulang lagi.

1 komentar:

  1. Hmm.. ternyata cuma buat menghindari lawan yg berat/senegara ya? Sampai harus mengorbankan intisari dari "Sport", yaitu Sportivitas.

    Pasangan Indonesia mestinya main normal aja harusnya, gak usah ikut2an main ajaib begini.

    Jadi inget kasus Mursyid effendi dulu...

    BalasHapus