#ngeblogramerame
Dear
Mama,
Essy
masih ingat sangat jelas ketika Mama cerita proses kelahiran Essy. Mama bilang
kalau melahirkan Essy penuh perjuangan karena badan Essy terlalu besar di
kandungan Mama (ternyata bodi besar yang Essy miliki saat ini emang udah bibit
ya, Mah? :D). Mama bilang dokter sangat menyarankan untuk lahir secara caesar karena
jika dipaksakan lahir normal, Mama bisa kehilangan nyawa. Tapi Mama bertekad
untuk melahirkan Essy dengan normal, karena saat itu Mama pernah dengar mitos bahwa
anak yang lahir caesar pas sudah besar nanti ada aja ‘cacat’ yang dimiliki.
Hehehe.. mamah… :)
Dan
ketika Essy lahir, masih juga ada perdebatan mengenai tanggal lahir Essy. Papa
dulu pernah bilang Essy lahir tanggal 27 Mei 1989, tetapi Mama ngotot bahwa
Essy lahir tanggal 28 Mei 1989 tepat jam
00.05, karena setelah Essy keluar dari rahim Mama, Mama langsung melihat ke jam
dinding. Essy gak habis pikir, ketika masih sangat kesakitan, Mama
sempet-sempetnya merhatiin jam, merhatiin kapan anak pertama Mama muncul ke
dunia.. :)
Masa
batita, balita, anak-anak.. yang Essy ingat bagaimana Mama kelewat galak dan
bagaimana Essy kelewat manja. Essy masih sangat ingat setiap minggunya Mama
selalu ngajak ke Mal. Sifat hedon yang sempat Essy rasakan ketika kita tidak
tahu bagaimana cara bersenang-senang dengan uang yang terlalu banyak ya, Mah :D
Meski
dulu kita kaya banget, Mama gak pernah ngajarin Essy untuk bisa mendapatkan
segala yang Essy inginkan. Masih inget, ketika Essy meminta dibelikan sesuatu,
Mama gak mau, lalu Essy nangis sesenggukan, yang kemudian pasti Mama akhiri
dengan ancaman akan ditinggalkan. Hehehe… kalau udah kayak gitu, Essy lari ke
Papa, minta Papa yang beliin. Kalo Papa nurutin, Mama deh yang ngamuk. :D
Kemudian,
tsunami datang ke keluarga kita. Essy gak ngerti saat itu, masih umur 7 tahun
kan, Mah? Tiba-tiba saja Essy sudah berada di rumah yang jauh lebih kecil, Essy
tidak lagi sekolah di SD Essy yang bertingkat 6 itu, pindah ke sekolah negeri.
Dan
Essy juga tidak mengerti mengapa Papa tidak ada bersama kita – bersama Mama,
Essy dan adek yang masih berumur 2 tahun.
Tapi,
tahukah Mama, di umur segitu Essy udah belajar terhadap situasi yang tengah
kita hadapi. Dan Essy tidak manja lagi, menginginkan hal-hal yang tidak
penting.
Melihat
Mama bekerja begitu keras untuk Essy dan adek, pergi pagi pulang malam,
menitipkan kami kepada tetangga atau saudara, mengajarkan Essy bagaimana cara
menggoreng tempe.
Mama
ingat gak, ketika Essy – dan adek, mengunjungi tempat Mama bekerja, jauh-jauh
dari Bekasi ke Kampung Melayu, karena adek nangis terus. Dengan duit paspasan,
Essy inget bawa adek naik angkot tiga kali. Untung banget Mah, banyak penumpang
yang kami temui baik sekali, membayar ongkos kami. Semoga mereka diberkati
selalu :)
Lalu,
ketika kami sampai di terminal Kampung Melayu, melihat Mama dengan usaha yang
Mama jalani – dagang asongan bermodalkan etalase kecil. Essy gak memikirkan
apapun selain bahagia bisa melihat Mama.
Yang
baru Essy ketahui saat itu, ternyata Mama juga jadi supir mikrolet. Wah, Essy
malah girang saat itu, yak an Mah? Mama yang nyupir, Essy yang jadi kernet.
What a moment, Mom :)
Pasang-surut
di keluarga kita terus aja terjadi. Kita sempat berkumpul lagi dengan Papa,
namun tetap pada akhirnya jalan perceraian yang Mama dan Papa ambil.
Mama
ingat gak, Essy pernah bertanya apakah Mama menyesal menikah dengan Papa? Mama
tidak pernah tahu betapa leganya Essy ketika Mama jawab: tidak, Nak. Kalau
tidak bertemu Papamu, ya gak mungkin Mama punya anak seperti kalian.
Pernah
Essy merasa ingin Mama bertanya balik, apakah Essy menyesali perceraian kalian?
Well, Essy gak nyesel, Ma. Yang Essy sesali adalah setiap pertengkaran yang
Mama dan Papa lakukan, kenapa harus di hadapan kami. Akan jauh lebih baik jika
kami – Essy – tidak mendengar ataupun melihat rentetan kejadian yang jika
melintas di pikiran Essy, hanya mampu membuahkan air mata. Lagi.
Ketika
Mama meninggalkan kami, well, berat lho, Mah. Tapi Essy gak pernah izinin Mama
tahu hal itu, karena saat itu Essy udah tumbuh cukup dewasa untuk sangat
memahami perjuangan yang tengah Mama lakukan.
Ketika
kita bersatu lagi – Mama, Essy dan adek – Mama menunjukkan banyak perubahan.
Pekerjaan yang sukses Mama jalani, dan yang terpenting tidak ada rasa tertekan
seperti ketika Mama masih bersama Papa. Salah satu hal yang membuat Essy
bersyukur kalian tidak bersatu lagi.
Ketika
Essy kuliah, Essy melihat bagaimana perjuangan Mama demi Essy menjadi sarjana.
Kembali, Mama bekerja tanpa kenal waktu dan menyuruh Essy memfokuskan diri sama
kuliah.
Tapi,
saat itu juga Essy merasa bersyukur memiliki Mama. Dari dulu, Mama selalu
berjuang demi pendidikan anak-anaknya. Bagi Mama, ‘upah’ dari kami adalah
prestasi yang bagus. Puji Tuhan, kami tidak pernah mengecewakan Mama.
Mama
masih ingat, ketika Essy menelepon Mama bahwa Essy sudah lulus sidang. Mama
menangis sejadi-jadinya dan kemudian heboh ke Medan, cuma untuk berbelanja
keperluan wisuda, di mana Mama heboh mewajibkan Essy memakai kebaya hasil
jahitan, bukan disewa. Ampun deh..
Dan
ketika Essy memakai toga, Mama menangis lagi.
Setahun
sudah Essy lulus, namun Essy belum bisa berikan kebahagiaan sepenuhnya untuk
Mama. Bahkan permintaan Mama yang belakangan paling gencar, yaitu PACAR, aja
belum Essy penuhi. Maaf ya, Mah..
Di
luar segala permasalahan yang kita hadapi, Essy sangat beruntung memiliki sosok
seperti Mama, yang tidak pernah menyerah atas kami. Mungkin orangtua lain
banyak yang terjerumus dan menyesatkan anaknya sendiri, tapi Mama tidak.
Dear
Mama.. terima kasih karena Mama selalu percaya dengan setiap langkah yang Essy
ambil. Bagaimana Mama mengizinkan Essy untuk bergabung di komunitas bola
(IndoManUtd), di mana sempat Essy digosipin menjadi anak liar, tapi Mama tidak
pernah percaya. Karena Mama pernah berpesan: Lakukan segala hal yang pengin kau
lakukan, tetapi ingat satu hal. Jangan pernah mempermalukan Mama. Essy inget
selalu, Mah. Makanya jalan Essy lurus-lurus aja :D
Mama
selalu mendukung setiap keputusan yang Essy ambil. Jarang ada orangtua yang
bersedia membebaskan anaknya menentukan arah hidupnya, Mama berbeda. Karena
pasti Mama menyadari bahwa setiap langkah yang Essy ambil semua bertujuan untuk
membuat Mama bangga.
Doain
Essy selalu ya, Mah. Dan semoga Tuhan memberikan Mama umur yang panjang, karena
bagaimanapun juga, Essy berhutang untuk kenalin Mama ke calon suami Essy, yang
berarti… masih lama, Maaahhh…. Hihihihi…
:') terharu bacanya.. Salam buat mama hebar jeng essy yaa
BalasHapus