Jumat, 06 Juli 2012

Dear Mama


#ngeblogramerame

Dear Mama,
Essy masih ingat sangat jelas ketika Mama cerita proses kelahiran Essy. Mama bilang kalau melahirkan Essy penuh perjuangan karena badan Essy terlalu besar di kandungan Mama (ternyata bodi besar yang Essy miliki saat ini emang udah bibit ya, Mah? :D). Mama bilang dokter sangat menyarankan untuk lahir secara caesar karena jika dipaksakan lahir normal, Mama bisa kehilangan nyawa. Tapi Mama bertekad untuk melahirkan Essy dengan normal, karena saat itu Mama pernah dengar mitos bahwa anak yang lahir caesar pas sudah besar nanti ada aja ‘cacat’ yang dimiliki. Hehehe.. mamah… :)
Dan ketika Essy lahir, masih juga ada perdebatan mengenai tanggal lahir Essy. Papa dulu pernah bilang Essy lahir tanggal 27 Mei 1989, tetapi Mama ngotot bahwa Essy lahir tanggal 28 Mei 1989  tepat jam 00.05, karena setelah Essy keluar dari rahim Mama, Mama langsung melihat ke jam dinding. Essy gak habis pikir, ketika masih sangat kesakitan, Mama sempet-sempetnya merhatiin jam, merhatiin kapan anak pertama Mama muncul ke dunia.. :)
Masa batita, balita, anak-anak.. yang Essy ingat bagaimana Mama kelewat galak dan bagaimana Essy kelewat manja. Essy masih sangat ingat setiap minggunya Mama selalu ngajak ke Mal. Sifat hedon yang sempat Essy rasakan ketika kita tidak tahu bagaimana cara bersenang-senang dengan uang yang terlalu banyak ya, Mah :D
Meski dulu kita kaya banget, Mama gak pernah ngajarin Essy untuk bisa mendapatkan segala yang Essy inginkan. Masih inget, ketika Essy meminta dibelikan sesuatu, Mama gak mau, lalu Essy nangis sesenggukan, yang kemudian pasti Mama akhiri dengan ancaman akan ditinggalkan. Hehehe… kalau udah kayak gitu, Essy lari ke Papa, minta Papa yang beliin. Kalo Papa nurutin, Mama deh yang ngamuk. :D
Kemudian, tsunami datang ke keluarga kita. Essy gak ngerti saat itu, masih umur 7 tahun kan, Mah? Tiba-tiba saja Essy sudah berada di rumah yang jauh lebih kecil, Essy tidak lagi sekolah di SD Essy yang bertingkat 6 itu, pindah ke sekolah negeri.
Dan Essy juga tidak mengerti mengapa Papa tidak ada bersama kita – bersama Mama, Essy dan adek yang masih berumur 2 tahun.


Tapi, tahukah Mama, di umur segitu Essy udah belajar terhadap situasi yang tengah kita hadapi. Dan Essy tidak manja lagi, menginginkan hal-hal yang tidak penting.
Melihat Mama bekerja begitu keras untuk Essy dan adek, pergi pagi pulang malam, menitipkan kami kepada tetangga atau saudara, mengajarkan Essy bagaimana cara menggoreng tempe.
Mama ingat gak, ketika Essy – dan adek, mengunjungi tempat Mama bekerja, jauh-jauh dari Bekasi ke Kampung Melayu, karena adek nangis terus. Dengan duit paspasan, Essy inget bawa adek naik angkot tiga kali. Untung banget Mah, banyak penumpang yang kami temui baik sekali, membayar ongkos kami. Semoga mereka diberkati selalu :)
Lalu, ketika kami sampai di terminal Kampung Melayu, melihat Mama dengan usaha yang Mama jalani – dagang asongan bermodalkan etalase kecil. Essy gak memikirkan apapun selain bahagia bisa melihat Mama.
Yang baru Essy ketahui saat itu, ternyata Mama juga jadi supir mikrolet. Wah, Essy malah girang saat itu, yak an Mah? Mama yang nyupir, Essy yang jadi kernet. What a moment, Mom :)
Pasang-surut di keluarga kita terus aja terjadi. Kita sempat berkumpul lagi dengan Papa, namun tetap pada akhirnya jalan perceraian yang Mama dan Papa ambil.
Mama ingat gak, Essy pernah bertanya apakah Mama menyesal menikah dengan Papa? Mama tidak pernah tahu betapa leganya Essy ketika Mama jawab: tidak, Nak. Kalau tidak bertemu Papamu, ya gak mungkin Mama punya anak seperti kalian.
Pernah Essy merasa ingin Mama bertanya balik, apakah Essy menyesali perceraian kalian? Well, Essy gak nyesel, Ma. Yang Essy sesali adalah setiap pertengkaran yang Mama dan Papa lakukan, kenapa harus di hadapan kami. Akan jauh lebih baik jika kami – Essy – tidak mendengar ataupun melihat rentetan kejadian yang jika melintas di pikiran Essy, hanya mampu membuahkan air mata. Lagi.
Ketika Mama meninggalkan kami, well, berat lho, Mah. Tapi Essy gak pernah izinin Mama tahu hal itu, karena saat itu Essy udah tumbuh cukup dewasa untuk sangat memahami perjuangan yang tengah Mama lakukan.
Ketika kita bersatu lagi – Mama, Essy dan adek – Mama menunjukkan banyak perubahan. Pekerjaan yang sukses Mama jalani, dan yang terpenting tidak ada rasa tertekan seperti ketika Mama masih bersama Papa. Salah satu hal yang membuat Essy bersyukur kalian tidak bersatu lagi.
Ketika Essy kuliah, Essy melihat bagaimana perjuangan Mama demi Essy menjadi sarjana. Kembali, Mama bekerja tanpa kenal waktu dan menyuruh Essy memfokuskan diri sama kuliah.
Tapi, saat itu juga Essy merasa bersyukur memiliki Mama. Dari dulu, Mama selalu berjuang demi pendidikan anak-anaknya. Bagi Mama, ‘upah’ dari kami adalah prestasi yang bagus. Puji Tuhan, kami tidak pernah mengecewakan Mama.
Mama masih ingat, ketika Essy menelepon Mama bahwa Essy sudah lulus sidang. Mama menangis sejadi-jadinya dan kemudian heboh ke Medan, cuma untuk berbelanja keperluan wisuda, di mana Mama heboh mewajibkan Essy memakai kebaya hasil jahitan, bukan disewa. Ampun deh..
Dan ketika Essy memakai toga, Mama menangis lagi.



Setahun sudah Essy lulus, namun Essy belum bisa berikan kebahagiaan sepenuhnya untuk Mama. Bahkan permintaan Mama yang belakangan paling gencar, yaitu PACAR, aja belum Essy penuhi. Maaf ya, Mah..
Di luar segala permasalahan yang kita hadapi, Essy sangat beruntung memiliki sosok seperti Mama, yang tidak pernah menyerah atas kami. Mungkin orangtua lain banyak yang terjerumus dan menyesatkan anaknya sendiri, tapi Mama tidak.
Dear Mama.. terima kasih karena Mama selalu percaya dengan setiap langkah yang Essy ambil. Bagaimana Mama mengizinkan Essy untuk bergabung di komunitas bola (IndoManUtd), di mana sempat Essy digosipin menjadi anak liar, tapi Mama tidak pernah percaya. Karena Mama pernah berpesan: Lakukan segala hal yang pengin kau lakukan, tetapi ingat satu hal. Jangan pernah mempermalukan Mama. Essy inget selalu, Mah. Makanya jalan Essy lurus-lurus aja :D
Mama selalu mendukung setiap keputusan yang Essy ambil. Jarang ada orangtua yang bersedia membebaskan anaknya menentukan arah hidupnya, Mama berbeda. Karena pasti Mama menyadari bahwa setiap langkah yang Essy ambil semua bertujuan untuk membuat Mama bangga.
Doain Essy selalu ya, Mah. Dan semoga Tuhan memberikan Mama umur yang panjang, karena bagaimanapun juga, Essy berhutang untuk kenalin Mama ke calon suami Essy, yang berarti… masih lama, Maaahhh…. Hihihihi…


1 komentar: