Jumat, 23 Maret 2012

Breakaway


Grew up in a small town
And when the rain would fall down
I'd just stare out my window
Dreamin' of what could be
And if I'd end up happy
I would pray

Trying hard to reach out
But when I tried to speak out
Felt like no one could hear me
Wanted to belong here
But something felt so wrong here
So I pray
I could breakaway

Chorus:

I'll spread my wings, and I'll learn how to fly
I'll do what it takes till I touch the sky
And I'll make a wish, take a chance, make a change
And breakaway
Out of the darkness and into the sun
But I won't forget all the ones that I love
I'll take a risk, take a chance, make a change
And breakaway

Want to feel the warm breeze
Sleep under a palm tree
Feel the rush of the ocean
Get on board a fast train
Travel on a jet plane
Faraway
And breakaway

CHORUS

Buildings with a hundred floors
Swinging 'round revolvin' doors
Maybe I don't know where they take me
But gotta keep movin' on, movin' on
Fly away
Breakaway

I'll spread my wings, and I'll learn how to fly
Though it's not easy to tell you goodbye
I gotta take a risk, take a chance, make a change
And breakaway
Out of the darkness and into the sun
But I won't forget the place I come from
I gotta take a risk, take a chance, make a change
And breakaway
Breakaway
Breakaway

Never give up to reach your happiness.. God never sleep…
Beberapa belas tahun yang silam, ada seorang gadis kecil, tinggal di Duren Sawit, salah satu daerah pinggiran di Jakarta. Walaupun masih kecil, dia sudah cukup cerdas untuk membedakan apa itu bahagia dan apa itu sedih. Bukan sekedar bahagia atau sedih karena tidak atau dibelikan sesuatu yang diinginkan, tetapi lebih dari itu. Bahagia ketika dia bisa berjalan-jalan dengan mama papanya, sedih ketika kedua orangtuanya bertengkar.
Dia tumbuh dengan menyaksikan kedua orangtuanya berantem hebat, berpisah, bersatu, bertengkar lagi, berpisah, bersatu, demikian seterusnya... sehingga akhirnya benar-benar berpisah. Dia dan adiknya  kemudian tinggal dengan sang ayah.
Orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarganya sendiri, mengira dia sosok gadis kecil yang tahan banting, tidak terpengaruh dengan perpisahan orangtuanya. Siapa bilang? Pikir gadis kecil itu tiap ada yang ‘memujinya’. Dia tidak akan menangis di depan orang, tapi kalau sendiri? Wah…
Hobinya menyendiri. Dia memang suka berkumpul dengan teman-teman dan para sepupunya. Tapi kalau keluarga besar berkumpul, dia lebih memilih menyendiri karena seseorang. Ada nenek lampir dan suaminya yang merasa paling kaya dan berkuasa, ‘senang’ memojokannya dengan menghina ibunya. Dia tertekan, tapi tidak bisa (atau berani) berbicara kepada siapapun karena si nenek lampir adalah kakak ayahnya. Walhasil, gadis kecil ini juga tumbuh dengan ‘racun-hinaan-kepada-ibunya’ dari si nenek lampir.
Tempat yang paling sering dikunjunginya untuk menyendiri adalah taman-taman sekitar perumahan. Tiap sore dia pergi ke taman yang berbeda, hanya untuk melihat para ibu bermain dengan anak-anaknya. Disana lah dia akan menangis merindukan ibunya.
Suatu kali, saat dia sudah menjadi remaja, untuk pertama kali tangisnya pecah di depan sang ayah, karena rasa kangen terhadap ibunya begitu memuncak. Dia mohon kepada ayahnya untuk bisa bertemu sekali saja dengan ibunya. Walau sudah meraung-raung, ayah tidak mengizinkannya. Justru yang didapatnya sebuah tamparan yang nyaris membuatnya pingsan…
Aku hanya ingin bahagia, Tuhan. Masa tidak boleh?
Dengan tekanan yang bertubi-tubi, dia nyaris putus asa. Tapi, suatu kali saat dia berhasil diam-diam menghubungi ibunya, dia dipesankan untuk tetap berdoa dan berharap. Dia pun berdoa.
Tuhan, kalau memang orangtuaku, aku dan adikku tidak bisa bersatu kembali, tapi izinkan aku  terbebas dari mereka yang menyakitiku dan aku bisa bahagia..
Tuhan tidak tidur. Dia terus berdoa, berharap, tetap mengikuti arus kehidupan yang Tuhan rancangkan untuknya. Dan akhirnya, ketika kesempatan itu datang, dia tidak menyia-nyiakannya. Dia sudah mempertimbangkan baik-buruknya, mengambil semua resiko dengan kembali ke ibunda bersama adiknya, diam-diam meninggalkan Jakarta menuju Medan.
Tuhan maha baik. Sekarang dia merasa jauh lebih baik; ayahnya berubah menjadi sosok yang jauh lebih bertanggung jawab, ibunya masih tetap menjadi sosok yang kuat, adiknya perlahan-lahan hilang dari trauma. Dia? Wah.. saya cuma bisa bilang betapa dia berterima kasih kepada Tuhan dengan hidup yang dijalaninya sekarang. Terlalu banyak yang diberikan Tuhan padanya, bukan hanya terlepas dari cengkraman nenek lampir dan perkembangan baik keluarganya. Tapi lebih dari itu, dia diberikan teman-teman yang mempengaruhinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan yang terpenting, menjadi dirinya sendiri.

I'll spread my wings, and I'll learn how to fly
I'll do what it takes till I touch the sky
And I'll make a wish, take a chance, make a change
And breakaway
Out of the darkness and into the sun
But I won't forget all the ones that I love
I'll take a risk, take a chance, make a change
And breakaway..

I am happy now, thank you Lord…

2 komentar:

  1. ikut seneng kalo semuanya udah membaik... you are a strong girl tet *peluk

    BalasHapus
  2. yes, God is never sleep. Apapun doanya, kalau memang baik, pasti dikabulkan. semoga mba skrg happy terus ya :)

    BalasHapus