Jumat, 16 Maret 2012

Ego yang Terluka


Ini kisah yang sampai tahun 2012 ini masih terjadi. Sepertinya, sampai kapanpun pasti bisa terjadi pada siapapun.
Kenalkan, namanya Terra. Gadis menarik walau tidak memiliki paras yang bisa membuat lelaki terpana pada pandangan pertama. Keceriaannya lah yang menjadi nilai tambah dari dirinya. Tidak ada yang bisa menyangka, terutama keluarganya sendiri, karena dia, ketika masih kecil, merupakan sosok tertutup efek dari perceraian orangtuanya.
People change, termasuk Terra. Dia bahkan tidak ragu menyebutkan status sebagai anak broken home ke teman-temannya. Tidak ada satupun temannya yang tidak tahu. Karena dia sudah memutuskan untuk menjadi anak yang lebih tegar demi mencapai kebahagiannya sendiri.
Yang mereka tidak tahu, bahwa itu masih berpengaruh di kehidupan Terra, termasuk percintaannya. Belum pernah pacaran, meski sudah hampir 23 tahun. Status terbaiknya hanya sampai “calon pacar”. Seharusnya dia sudah terbiasa dan malah menerima. Tidak mudah untuk menerima seorang gadis dengan family background yang kurang baik, untuk dijadikan pasangan seorang pria. Well, setidaknya inilah yang terjadi di negara ini. Tapi, ternyata tidak. Terra masih bisa terluka.
Sang oknum bernama Harris. Mereka berkenalan tahun 2008 silam di sebuah cafe. Saat itu Harris bersama temannya, sementara Terra sedang nonbar bola bersama teman-teman satu komunitasnya ketika masih tinggal di Medan. Di pertemuan pertama itu tidak ada hal terjadi, walau Terra menyadari Harris begitu menarik. Begitu juga pertemuan-pertemuan selanjutnya yang terjadi tepat setelah Harris ikut bergabung di komunitas fans sepakbola Terra. Tetap tidak ada perasaan apapun. Bahkan setelah Harris bekerja di Jakarta, perasaan itu tetap tidak datang.
Pertengahan 2009, Semesta mengizinkan mereka bertemu, saat Terra bermain ke Jakarta, sebulan sebelum rencana kedatangan MU, klub bola favoritnya. Tiba-tiba saja Harris menghubunginya, sms lebih tepatnya.
"Aku lihat di FB, kamu di Jakarta, Dek." Kata Harris di sms.
Mulai saat itu, mereka rajin komunikasi. Tepatnya Harris yang mulai mengajak komunikasi, misal sms di pagi hari hanya mengucapkan selamat pagi ditambah sepenggal ayat dari Alkitab, lalu ditutup dengan: GBU. Atau sms selamat tidur yang begitu manis.
Terra tidak bodoh. Dengan cepat dia menyadari bahwa Harris tertarik padanya. Dan Terra hanya gadis normal pada umumnya, yang otomatis terpesona dengan kata-kata manis seperti itu. Tapi, sekali lagi, Terra gadis pintar. Belajar dari pengalamannya selama ini, dia tidak mau berharap terlalu banyak. Jadi, dia hanya memutuskan mengikuti angin cinta Harris. Termasuk ketika Harris mengajak dinner.
Saat itu hari Jumat, hari dimana mereka janjian dinner di sebuah cafe kawasan Tebet.
"Aku pulang kantor jam 5. Kita bertemu jam 6 ya?" begitu isi pesan singkat dari Harris..
Sesuai waktu yang ditentukan, mereka pun bertemu. Oke, Terra telat sedikit. Harris sudah menunggunya.
"Apa kabar?" Harris tersenyum sumringah, menyalami Terra.
Terra membalas senyumannya. Dalam hati merasa puas dengan penampilannya yang casual, kaus MU dipadu jeans. Dia memang tomboy. Sempat dia mempertimbangkan untuk tampil lebih feminin karena berfikir Harris akan berpakaian layaknya orang baru pulang kantor. Ternyata tidak. Harris datang dengan T-shirt dipadu celana jeans pendek, sendal dan topi.
Kemudian dinner itu dimulai. Mereka makan, berdiskusi seru, dan bercanda. Terlihat begitu klop. Terra merasa seperti itu sehingga perasaan tertarik dan tersanjung timbul di hatinya. Masih tidak percaya, sosok tampan, mapan, dan yang terpenting, religius, bisa menyukainya.
Sebenarnya, saat itu Terra belum yakin apa Harris benar-benar menaruh perasaan padanya. Jika dia sudah yakin, Terra pasti langsung bilang statusnya sebagai tameng, penahan kekecewaan yang akan datang ketika cintanya gagal lagi. Dan akhirnya "kode" itu datang.
"Kamu besok ada acara gak?"
"Gak ada. Kenapa Bang?"
"Besok jalan, yuk?"
Terra terdiam, ini pengalaman pertamanya ada cowok yang menarik perhatiannya, mengajak dia jalan.
Belum sempat Terra menjawab, Harris bertanya lagi.
"Kamu biasa gereja dimana?"
"Deket rumah."
"Minggu gereja bareng, ya. Aku mau kenalin kamu ke temen-temen aku."
Positif. Dia pasti ada rasa sama aku, pikir Terra. Karena sudah yakin, Terra pun menceritakan statusnya. Dan untuk pertama kalinya, Terra berharap bahwa sosok di hadapannya sekarang adalah pria berani yang ditunggunya selama ini.
Dan sepertinya gayung memang bersambut. Harris terlihat tidak masalah dengan hal tersebut, walau memang pertanyaan ngajak jalan dan gereja itu belum ada kelanjutannya. Bahkan sampai waktunya pulang, hampir jam 9 malam, ajakan tersebut tidak disinggung lagi.
Tapi sepertinya semua berjalan dengan baik, karena saat pulang itu justru yang menimbulkan debaran di jantung Terra.
Sejak keluar dari cafe sampai berdiri menunggu angkot, mereka berjalan beriringan, dengan tangan saling bersentuhan. Gosh, my heart's beating so fast..
Harris juga begitu melindungi. Ketika menyebrang, dia akan berada di sisi yang berlawanan dengan arah datangnya kendaraan, melindungi Terra yang sebenernya tidak membutuhkan sama sekali karena dia perempuan mandiri.
Mereka berpisah di terminal Kampung Melayu. Harris akan melanjutkan perjalanan ke kost-nya menggunakan busway, sementara Terra akan naik metromini. Yang membuat Terra semakin terpesona, karena Harris rela menunggu Terra naik metromini yang datang agak lama, padahal busway sudah mau tutup.
Mereka masih asyik ngobrol, sampai akhirnya metromini datang.
"Kamu jangan duduk di tempat yang gelap ya dek. Hati-hati. Kalau sudah sampai, sms ya." Pesannya.
Ternyata belum sampai setengah jalan, Terra sudah di sms, tanya apakah sudah tiba atau belum. Dan ketika sampai rumah, Terra melaporkannya ke Harris, yang kemudian dibalas Harris dengan ucapan penutup yang sering dikirimkannya setiap malam.
Itu sms terakhirnya.
Tidak ada sms selamat pagi lagi. Maka jangan harapkan ajakan jumat malam yang lalu ada.
Tapi Terra masih berharap, sampai ketika Minggu malam tiba.
Dan akhirnya dia menyadari, cintanya layu sebelum berkembang. Lagi.
Dan ini lebih menyakitinya lebih dari sebelumnya. Yang sebelumnya, tidak pernah masih bersikap romantis ketika tau tentang statusnya seperti yang Harris lakukan.
Aku ga butuh dikasihani, mesti ya dia buat begitu?
Dua bulan kemudian, Terra tidak sengaja melihat profile FB Harris. In a relationship with **********.
Terra tertegun. Pelajaran cinta didapatnya lagi. Hah, mudah sekali berpaling! Dengan kepala tegak, Terra memutuskan untuk membuang segala hal tentang Harris dari hidupnya.
Saat Terra ditanya seorang temannya, apakah dia sudah jatuh cinta dengan Harris, Terra berfikir. Tidak, gue belum jatuh cinta, hanya tertarik. Untunglah, karena hanya tertarik saja ego gue sudah terluka banget, gimana kalau jatuh cinta?
Ya, Terra sadar, jika dia sempat jatuh cinta pada Harris, dia tidak akan pernah bisa jatuh cinta lagi. Sebab, kalau itu sampai terjadi, bukan hanya ego saja, tapi kepercayaannya pada cinta juga akan hancur menjadi serpihan...

2 komentar:

  1. terra = theresia kalo harris = siapa yaa?? *mikir. lanjutin ya tet...

    BalasHapus
  2. wakakakaaaaaa.... ntar dilanjutin deh mbakyu ;))

    BalasHapus