#ngeblogramerame
#11
Penggemar
novel, terutama yang suka genre romance, udah pasti kenal dengan sosok
Ilana Tan. Setidaknya tau judul-judul bukunya.
Saya
sendiri termasuk baru jadi fans Ilana Tan, karena tahun inilah saya mulai
membaca karya-karyanya. Berhubung saya sendiri baru menyukai genre mainstream romance, yaitu
percintaan dewasa, baru tahun 2011. Sebelumnya masih menggilai membaca novel teenlit, alias cinta-cintaan ala remaja.
Mainstream romance
sendiri kalau di penerbit Gramedia itu disebut dengan nama metropop. Maka sekarang, saya tertarik mengulas novel metropop
karangan Ilana Tan.
Spring
in London adalah novel terakhir dari serial musim Ilana Tan. Seri yang pertama
berjudul Winter in Tokyo, kedua Autumn in Paris, dan ketiga Summer in Seoul.
Bukan cerita bersambung, tapi tiap tokoh di novel masing-masing saling memiliki
keterikatan sendiri. Silakan baca sesuai urutan, tapi kalau random juga tidak apa-apa. Karena saya
sendiri bacanya random. Hihihi…
Spring
in London ini terbit di bulan Februari 2010. Berkisah tentang seorang model
video klip keturunan Korea bernama Jo In-Ho atau Danny Jo yang sedang syuting
video musik di London. Danny Jo bertemu dengan rekannya yang sama-sama menjadi
model video musik itu, Naomi Ishida, wanita cantik keturunan Jepang-Indonesia.
Danny Jo penasaran kenapa cewek itu tidak suka berada di dekat dia, terkesan
ketakutan, padahal dia baru pertama kali ketemu si cewek dan dia juga cowok
yang baik.
Selama
proses pembuat video itu, Danny Jo berusaha mendekatkan diri ke Naomi, misalnya
mengajak jalan Naomi ketika break syuting di sekitar lokasi di London tersebut.
Perlahan-lahan, Naomi-pun menerima pertemanan yang ditawarkan Danny.
Yang
Danny tidak tahu, dirinya lah satu-satunya teman pria yang dia punya. Oke,
sebenarnya masih ada Chris, teman satu flatnya, tapi dia gay. Jadi Naomi tidak
merasa perlu takut kepada Chris.
Kenapa
Naomi sempat takut kepada Danny? Kenapa pulak Naomi tidak pernah merasa nyaman
kalau dekat kaum pria? Well, you have to
find out by reading that novel. Hehehe…
Jadi,
apa spesialnya novel ini bagi saya? Apakah ceritanya? Tidak juga. Kebetulan,
kisah di Spring in London itu udah
beberapa kali saya baca di novel lain. Tapi kenapa saya masih mau baca dan
tertarik? Pertama, agak subjektif, saya sangat menyukai cerita yang karakter
utama pria dan wanitanya sama-sama kuat. Bukan berarti sempurna. Saya juga
pastinya mengharapkan ada sisi lemah dari para tokoh utamanya, tapi bagaimana
sang penulis bisa membuat sisi lemah dari sang tokoh menjadi kekuatan dari
cerita tersebut. Inilah yang saya temukan di Spring in London.
Naomi
disini memiliki sisi lemah, dia memiliki ketakutan. Tapi Ilana Tan membuat
Naomi tetap berjuang melawan ketakutannya tersebut demi kebahagiaan dia
sendiri. That’s what I love.
Yang
kedua, cara Ilana Tan membawa para pembaca hanyut pada ceritanya. Meski predictable, tapi saya mendapati diri
saya tidak bosan membaca dan terus melanjutkan hingga selesai. Padahal saya
sering membaca buku dengan dilompati ke halaman berikutnya atau bahkan berhenti
begitu saja karena cerita yang dibawakan membuat saya bosan.
Kekuatan
Ilana Tan memang di caranya membawakan cerita tetap mengalir enak. Setidaknya
itulah yang saya sadari setelah membaca karya-karyanya.
Apalagi
yang menarik dari Spring in London? Pastinya nilai moral. Ilana Tan berusaha
memberitahukan ke pembacanya bahwa setiap orang, apapun masa lalunya, berhak
untuk bahagia. Sekarang bagaimana orang tersebut ingin mengambil kesempatannya
untuk bahagia atau membuangnya begitu saja.
Bagi
saya, buku ini bernilai 3 bintang dari 4. Recommended…
:)
good resensi !
BalasHapusnih baru aja belajar ngeresensi buku di school...
fight..!